KONSEP PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Posted by jeperis pada 27 Maret, 2009
a. SEJARAH KELAHIRAN PTK
Konsep penelitian guru mula-mula dikemukakan oleh Lawrence Stenhouse di United Kingdom (UK), yang mengaitkan antara Penelitian Tindakan (action research)
dan konsepnya tentang guru sebagai peneliti. Kemudian John Elliot
mempopulerkan Penelitian Tindakan sebagai metode guru mengadakan
penelitian di kelas mereka melalui Ford Teaching Project dan selanjutnya mendirikan jaringan PTK (Classroom Action Research Network).
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan. Berpusat pada Deakin University di
Australia, Kemmis dan koleganya telah
menghasilkan suatu seri publikasi dan materi pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi. Selanjutnya, artikel mereka mengenai Penelitian Tindakan (Kemmis 1982, 1983) bermanfaat untuk pengembangan Penelitian tindakan dalam bidang Pendidikan.
menghasilkan suatu seri publikasi dan materi pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi. Selanjutnya, artikel mereka mengenai Penelitian Tindakan (Kemmis 1982, 1983) bermanfaat untuk pengembangan Penelitian tindakan dalam bidang Pendidikan.
b. PENGERTIAN PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946. Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK atau action research
adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang
dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari
(a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri;
(b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi
di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993:44).
Sedangkan tim pelatih proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (M. Nur, 2001).
Sejalan dengan pengertian diatas, Prabowo
(2001) mendefinisikan makna dari penelitian tindakan yaitu suatu
penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk
juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka
serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.
c. TUJUAN PTK
Sebagaimana
disyaratkan diatas, PTK antara lain bertujuan untuk memperbaiki
dan/atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang
pada dasarnya melekat penuaian misi profesional kependidikan yang
diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan utama PTK adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru. Di samping itu,
sebagai tujuan penyerta PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti
bagi guru guna memperbaiki kinerja di kelasnya sendiri.
d. MANFAAT PTK
Dengan
bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bawaan dari
pelaksanaan PTK secara berkesinambungan, maka PTK bermanfaat sebagai inovasi pendidikan
karena guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa
profesional secara mandiri. Dengan kata lain, karena para guru semakin
memiliki suatu kemandirian yang ditopang oleh rasa percaya diri.
Disamping itu PTK juga bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan profesionalisme guru.
e. TAHAP-TAHAP PTK
Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:
e.1. PLANNING (RENCANA)
Rencana
merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta
fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana
tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan
yang baik seorang praktisi akan lebih muda untuk mengatasi kesulitan dan
mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif.
Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam
diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan
memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
e.2. ACTION (TINDAKAN)
Tindakan
ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat
berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan
tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung
dalam pelaiksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan
dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
e.3. OBSERVATION (PENGAMATAN)
Pengamatan
ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh
yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini
merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan
harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan,
hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan,
efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
e.4. REFLECTION (REFLEKSI)
Releksi
disini meliputi kegiatan : analisi, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi
adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,
yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan
selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan
dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
f. PRINSIP-PRINSIP PTK
Terdapat enam prinsip yang mendasari PTK yang dijelaskan Hopkins dalam Kardi (2000). Keenam prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tugas
utama guru adalah mengajar, dan apapun Metode PTK yang diterapkannya,
sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
2. Metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan
dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
3. Metodologi
yang digunakan harus reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya,
serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang
dikemukakannya.
4. Masalah
penelitian yang diambil oleh guru hendaknya masalah yang cukup
merisaukannya dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru
sendiri memiliki komitmen terhadap pemecahannya.
5. Dalam penyelenggaraan PTK, guru haruslah bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu (skala mikro), melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (skala makro).
g. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK
Penelitian
tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau
siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Menurut Raka Joni dan
kawan-kawan (1998) terdapat 5(lima) tahapan dalam pelaksanaan PTK.
Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah:
1. Penetapan fokus masalah penelitian
2. Perencanaan tindakan perbaikan
3. Pelaksanaan tindakan perbaikan. Observasi dan interpretasi
4. Analisi dan Refleksi
5. Perencanaan tindak lanjut
Selanjutnya alur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagaimana tampak pada gambar.
Dalam
pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran adanya permasalahan yang
dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan
pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap
proses dan/atau hasil belajar siswa, dan/atau implementasi suatu program
sekolah. Bertolak dari adanya masalah tersebut, yang besar kemungkinan
masih tergambar secara kabur, guru kemudian menetapkan fokus
permasalahan secara lebih tajam, kalau perlu dengan menumbuhkan tambahan
data lapangan secara lebih sistematis dan/atau melakukan kajian pustaka
yang relevan.
Pada
gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat
dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan lebih
cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajagi altenatif-alternatif
tindakan perbaikan yang diperlukan. Alternatif yang dinilai terbaik
kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan yang akan
dicobakan. Hasil pencobaan tindakan itu dinilai dan direfleksikan dengan
mengacu kepada kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Semoga bermanfaat.
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar